Variasi Bahasa

Variasi Bahasa

Berikut adalah beberapa istilah yang mewujudkan variasi atau kepelbagaian bahasa Melayu.

Variasi bahasa Kepelbahagaian bahasa yang ditentukan oleh faktor teknikal bahasa iaitu sebutan, kosa kata dan tatabahasa.
Dialek Merupakan variasi bahasa apabila variasi bahasa itu masih difahami oleh oleh pengguna dalams esuatau masyarakat bahasa walaupun ada pembahagian geografi . Variasi bahasa ii dikenali sebagai dialek.
Idiolek Variasi bahasa yang khusus berkaitan dengan individu.

merupakan kelainan penggunaan bahasa pada peringkat individu.

Perbezaan paling ketara ialah dari segi sebutan dan lagu sebutan.

Keadaan ini berlaku kerana perbezaan alat sebutan seperti kecacatan atau tabiat penyebutan kerana pengaruh rakan atau seisi keluarga.

Dialek kawasan Variasi bahasa yang berkaitan dengan pengguna dalam sesuatu kawasan. Dikaitkan dengan rumpun banasa Austronesia, cabang Nusantara. Cabang Nusantara mempunyai 200 hingga 300 bahasa dalam 16 golongan seperti Filipina, Sumatera, jawa, Kalimantan dan sebagainya.

Bahasa Melayu termasuk dalam golongan Sumatera bersama-sama dengan bahsa Batak, Acheh, Minangkabau, Nias, Lampung dan Orang Laut.

Umumnya bahasa Melayu merangkumi Bahasa Malaysia di Malaysia, Bahasa Indonesia di Indonesia, Bahasa Melayu di Brunei dan Singapura. Walaupun namanya berbeza, ia merupakan dialek bagi bahasa Melayu.

 

Dialek sosial Dikaitkan dari segi penggunaan, iaitu bahasa mungkinberbeza mengikut kumpulan sosial dan situasi yang digunakan. Misalnya, dalam majlis rasmi, orang akanmenggunakan bahasa-bahasa yang formal. Varisi-variasi ini yangbrkiatand enan dialek sosial, dikatakan sebagai dialek sosial.

Oleh itu, bahasa Melayu secara umumnya dapat dibahagikan kepada tiga jenis variasi, iaitu idiolek, dialek kawasan atau loghat, dialek sosial.

 

Perhubungan antara ketiga-tiganya dapat digambaran melalui skema rajah yang berikut:

 

 

Berdasarkan konteks yang umum, pengunaan bahasa dapat dibahagikan kepada bahasa formal dan tak formal.

Contoh bahasa formal – Bahasa Baku dan Bahasa Diraja atau Bahasa Istana.

Contoh bahasa tak formal – Bahasa mesra, bahasa slanga, bahasa basahan, bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar, bahasa dialek dan sebagainya.

Bahasa formal dan bahasa tak formal dapat dibezakan dengan membandingkan ragam bahasa bebas dan bahasa terkawal, dan ragam bahasa mesra dan bahasa formal.

 

Ragam Bahasa Bebas dan Bahasa Terkawal

Ragam Bahasa Bebas

Bahasa Terkawal

Ayat yang tidak gramatis.

Tidak mementingkan aspek sebutan, intonasi, pilihan perkataan, struktur ayat, dan tatabahasa.

Contoh: You ni betullah degil sangat. I dah warning you banyak kali, tapi you masih hendak ke tempat tu.

Ayat yang gramatis

Mementingkan aspek-aspek sebutanm intonasi, pilihan perkataan, struktur ayat dan tatabahasa.

Contoh: Awak sangat degil. Saya telah berkali-kali memberi amaran supaya jangan pergi ke tempat itu, tetapi awak masih hendak ke sana.

 

Pokok Bahasa atau Variasi Bahasa

1.Bentuk-Bentuk Variasi Bahasa

Sistem bahasa yang digunakan selama ini berupa lambang-lambang bentuk bahasa. Artinya , lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.

Berdasarkan tingkat keformalannya , Mrtin Joos (1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi menjadi lima macam gaya, yaitu: gaya atau ragam beku ( frozen ) , gaya atau ragam resmi ( formal ) , gaya atau ragam usaha ( konsultatif ) , gaya atau ragam santai ( casual ) , dan gaya atau ragam akrab ( intimate ).

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal , yang digunakan dalam situasi-situasi kidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di mesjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaries, dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah. Dalam bentuk tertulis ragam beku ini kita dapati dalam dokumen-dokumen bersejarah, seperti: undang-undang dasar, akte notaris , naskah–naskah perjanjian jual beli.

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan di Sekolah dan rapat-rapat yang berorientasi kepada hasil atau prodksi.

Ragam santai atau ragam casual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat , berolah raga, berrekreasi, dan sebagainya. Ragam santai banyak menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan . Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab , seperti antar anggota keluarga, atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkapn , pendek-pendek , dan dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas.

Dalam pembicaraan mengenai variasi bahasa kita berbicara tentang satu bahasa yang memiliki berbagai variasi berkenaan dengan penutur dan penggunaannya secara konkret. Dalam buku karangan Abdul Chaer , tidak tertulis adanya bentuk-bentuk variasi bahasa, melainkan jenis-jenis variasi bahasa. Penjenisan bahasa secara sosiolingistik tidak sama dengan penjenisan ( klasifikasi) bahasa secara geneologis ( genetis )maupun tipologis. Menurut Abdul Chaer penjenisan secara sosiolinguistik terdiri dari faktir-faktor eksternal bahasa , yakni faktor sosiologis , politis , dan kultutr.

Penjenisan bahasa berdasarkan factor sosiologis, artinya penjenisan tidak terbatas pada struktur internal bahasa , tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya. Stewart (dalam Fishman 1968) menggunakan empat dasar untuk menjeniskan bahasa-bahasa sosiologis , yaitu:

1.Standardisasi atau pembakuan adalah: adanya kondifikasi dan penerimaa terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa.

2.Otonomi keotonomian adalah bahasa-bahasa yang sudah mengalami pembakuan.

3.Historis atau kesejarahan : penjelasan sosiologi bahasa. Menurut Fishman (sebuah linguistic dianggap mempunyai historistas kalau diketahui atau dipercaya sebagai hasil perkembangan yang normal pada masa yang lalu).

4.Vitalitas atau keterpakaian : penjenisan bahasa secara sosiologis. Menurut Fishman , vitalitas adalah pemakaian sistem linguistik oleh satu masyarakat penutur asli yang tidak terisolasi. Jadi , unsure vitalitas ini mempersoalkan apakah sistem linguistic tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak.

Menurut catatan sejarah ada tiga buah bahasa artifisial , yaitu bahasa volapuk, bahasa esperanto, bahasa interlingua. Bahasa volapuk disusun oleh Johan Martin Schleyer , Jerman (1879). Yang kedua bahasa Esperanto, disusun oleh Ludwik Zamenhof, seorang dokter dari Polandia , dengan tujuan agar masyarakat dunia terbebas dari perselisihan akibat perbedaan bahasa. Yang ketiga disebut bahasa interlingua, diciptakan oleh Alexander Gode dari Amerika. Unsure-unsur bahasanya diambil dari bahasa Inggris, Prancis , italia, Rusia , Spanyol, dan Jerman. Jenis bahasa vernakular menurut Pei dan Gainor, (1954) adalah bahasa umum yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, bahasa jenis ini mempunyai cirri-ciri historisitas, otonomi dan vitalitas.

2.Contoh dari bentuk bahasa yang berasal dari bentuk bahasa .

Contoh ungkapan kolokial dalam bahasa Inggris dengan padannya formalnya.

  1. Join up : enlist
  2. Give up : reliquih
  3. Put up with : tolerat
  4. Fuul up : filled to capacity
  5. Know-how : technical skill:
  6. The law a policeman
  7. Outsid of : except
  8. A natural : one who naturally exper :

Contoh bahasa berdasarkan tahap pemerolehan, yaitu: bahasa ibu misalnya , bahasa ibu penduduk asli di lereng gunung Merapi adalah adalah bahasa Jawa, bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai dan digunakan oleh seorang ibu, melainkan mengacu pada bahasa orang yang mengasuhnya.

 

Leave a comment